Berawal dari seorang ahli reptil dan amfibi (herpetolog) bernama Paul Oliver asal Australia, secara kebetulan bertumbukan dengan seekor katak yang hidungnya sangat aneh. Katak itu duduk di atas kantong beras mereka di dalam kamp.
Spesies amfibi yang dilihat Oliver itu bila mengeluarkan suara, muncul benjolan panjang yang mengarah keatas di hidung katak. Tapi jika katak itu berhenti bersuara, hidungnya mengempis ke bawah. “Kami sedang kumpul untuk makan siang, Oliver memandangi seekor katak mungil duduk di atas karung beras dan ia memberanikan diri menangkapnya,” kenang Chris Milensky, ahli burung (ornitolog) yang juga ikut dalam ekspedisi itu. Chris mengakui rekannya Paul punya refleks bagus saat menangkap katak itu. Sebagai seorang herpetolog yang berpengalaman, Paul bisa memastikan bahwa katak yang ditangkapnya belum terwakili dalam jenis katak hidung panjang. Spesies amfibi itu lalu dijuluki jenis “katak pinokio,” oleh peneliti.
Mungkin karena hidungnya mirip “pinokio,” sosok manusia kayu yang terbuat dari kayu pohon pinus dalam cerita film pinokio. Para peneliti lalu melabeli katak berhidung pinokio itu dengan nama latin, Litoria sp nov. Dalam ekspedisi di gunung Foja, Oliver juga sempat melompat ke atas pohon untuk menangkap seekor tokek. Salah satu spesies lain yang juga memikat para peneliti adalah Kangguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus). Meski telah ditemukan tahun 2005, kangguru berwarna keemasan ini sangat langka dan hidup di pohon. Kejutan lain juga terjadi ketika seorang ahli burung (ornitolog) yang juga manajer CI Indonesia bernama Neville Jems Kemp, melihat sepasang merpati kaisar yang baru (Ducula sp nov). Merpati ini punya tiga warna bulu, yakni merah agak berkarat, putih, dan abu-abu.
0 comments:
Posting Komentar
"Silahkan berkomentar kawan,,, karena komentar anda sangat berarti pada blog ini, semoga bermanfaat, terima kasih ~,~"