Pada 1 Juni 1975, PSSI Tamtama mampu menahan imbang Manchester United tanpa gol.
Banyak sekali hal yang terjadi di ibukota pada 34 tahun lalu.
Gubernur
Ali Sadikin menetapkan [almarhum] Stadion Menteng sebagai tempat untuk
pelestarian warisan budaya, Operasi Seroja dilancarkan terhadap Timor
Timur, Deep Purple menggelar konser di Senayan, dan Indonesia meraih
gelar Piala Uber untuk pertama kalinya dengan mengalahkan Jepang, 5-2.
Kemudian
pada hari Minggu yang cerah, 1 Juni 1975, Manchester United memainkan
pertandingan pertamanya di Tanah Air, melawan PSSI Tamtama di Senayan,
Jakarta.
Jakarta
baru dihuni 3,5 juta penduduk, masih terlihat hijau, dan lalu lintas
belum semrawut seperti sekarang ini. Tepat pada hari itu, cuaca di
Jakarta mencapai 27 derajat Celsius dengan tingkat kelembaban sebesar 72
persen.
Susunan Skuad
PSSI Tamtama: Ronny Paslah, Sutan Harhara, Oyong Liza, Suaib Rizal, Iim Ibrahim, Anjas Asmara, Nonon, Waskito, Junaedi Abdillah, Risdianto, Andi Lala.
PSSI Tamtama: Ronny Paslah, Sutan Harhara, Oyong Liza, Suaib Rizal, Iim Ibrahim, Anjas Asmara, Nonon, Waskito, Junaedi Abdillah, Risdianto, Andi Lala.
Manchester
United: Alex Stepney, Alex Forsyth, Arthur Albiston, Gerry Daly, Jimmy
Nicholl, Jim McCalliog, Trevor Anderson, Sammy McIlroy, Stuart
Pearson, David McCreery, Anthony Young.
Indonesia Dilatih Wiel Coerver
Pada awal Mei 1975, Wiel Coerver ditunjuk sebagai pelatih baru timnas senior, yang kala itu disebut Indonesia Tamtama.
Coerver
sendiri bukanlah seorang pelatih yang minim prestasi. Pada musim
1973/74, ia sukses membawa Feyenoord sebagai klub pertama asal Belanda
yang meraih titel Piala UEFA.
Didampingi
asisten pelatih Wim Hendriks, Coerver diharapkan membawa Indonesia
lolos ke Piala Dunia 1978. Lantas, laga melawan Ajax dan Manchester
United dalam turnamen segitiga dijadikan ajang pemanasan sebelum Pra
Olimpiade 1976 melawan Korea Utara.
Pertandingan PSSI Tamtama melawan Manchester United merupakan partai pembuka.
Kondisi Manchester United
Suram! Dalam hal kualitas di segala bidang, MU 1975 kalah jauh dibanding MU 2009.
Tommy
“The Doc” Docherty membesut Setan Merah sejak akhir musim 1972. Ia
mampu menyelamatkan MU dari jurang degradasi, tapi gagal pada musim
berikutnya. Alhasil, MU terpaksa memainkan musim 1974/75 di Divisi Dua
(kala itu, Divisi Utama merupakan kompetisi top flight Inggris).
Trio
emas George Best, Denis Law dan Bobby Charlton sudah meninggalkan
klub. Ironisnya, Denis Law pindah ke Manchester City pada musim
1973/74, dan justru golnya dalam derby Manchester mengakibatkan MU
terdegradasi. Ia menolak merayakan gol tersebut bersama rekan-rekannya.
Pemain
seperti Lou Macari, Stewart Houston dan Brian Greenhoff didatangkan
untuk menggantikan peran Best, Law dan Charlton. Meskipun ketiganya tak
mampu menyamai kualitas pendahulu mereka, MU mampu menjuarai Divisi
Dua, sekaligus kembali ke Divisi Utama untuk musim 1975/76. Siapa sang
juara Divisi Utama 1974/75? Tepat sekali: Derby County!
Jalannya Pertandingan
Sumohadi Marsis, wartawan Kompas kala itu, meliput langsung pertandingan tersebut.
Sumohadi Marsis, wartawan Kompas kala itu, meliput langsung pertandingan tersebut.
“MU
ternyata mengecewakan pengurus PSSI maupun masyarakat penggemar
sepakbola sejak mendarat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur,
sehari sebelum pertandingan,” kenang Sumohadi seperti dikutip harian TopSkor.
“Mereka
tidak datang dengan seluruh pemain intinya seperti yang telah
dijanjikan kepada PSSI. Rombongan mereka hanya 14 orang, terdiri atas 12
pemain, seorang pelatih, dan seorang manajer.”
Sumohadi
menambahkan, MU menerima bayaran $25.000 untuk dua pertandingan, angka
yang lebih kecil dibanding tawaran dari Manchester City untuk satu
pertandingan, sehingga ditolak oleh PSSI.
“MU
bermain ala kadarnya, asal tidak kebobolan. Ketika terjadi pergantian
pemain pada babak kedua, yang masuk sebagai pengganti adalah pemain
nomor 15 bertubuh gendut bernama Tommy Docherty, yang tidak lain adalah
sang manajer!” ujar Sumohadi.
Menurut
pengamatan Sumohadi, tugas “The Doc” di hadapan 70.000 penonton yang
memadati Stadion Senayan adalah untuk mengganggu pergerakan trio
penyerang Indonesia, yaitu Waskito, Risdianto, dan Andi Lala.
“Tak
heran, hanya dalam lima menit Docherty terkena kartu kuning dari wasit
Kosasih Kartadireja. Ujungnya, pertandingan berakhir tanpa gol karena
gawang Ronny Pasla juga jarang dihajar tembakan penyerang MU,” katanya.
Pasca Pertandingan
Dua
hari kemudian, MU dikalahkan dengan skor 3-2 oleh Ajax Amsterdam, yang
menempati urutan ketiga Eredivisie Belanda musim itu karena kalah
bersaing dengan PSV dan Feyenoord.
Selanjutnya
pada 5 Juni, Ajax dipastikan menjuarai turnamen ini dengan kemenangan
4-1 atas PSSI Tamtama. Satu-satunya gol Indonesia dicetak oleh Waskito.
sumber:http://revsarea.blogspot.com/
0 comments:
Posting Komentar
"Silahkan berkomentar kawan,,, karena komentar anda sangat berarti pada blog ini, semoga bermanfaat, terima kasih ~,~"