Pada saat itu Adipati Cokrojoyo kurang berkenan dengan nama Kadipaten Brengkelan. Sebab Brengkele mempunyai arti suka membantah dan tidak mau mengalah. Setelah memohon petunjuk kepada Allah SWT, kemudian terbersitlah sebuah nama yang bagus dan mempunyai arti yang baik serta mempunyai harapan atas masa depan yang gemilang. Nama yang beliau usulkan adalah Purworejo yang mempunyai arti awal dari kemakmuran yang akan dinikmati oleh para penduduknya. Pelantikan ini dilaksanakan pada hari Rabu Wage tanggal 17 Besar tahun Jimawal 1757 Jawa atau 1245 H yang bertepatan dengan tanggal 9 juni 1830. Cokrojoyo atau yang masa mudanya bernama Reso Diwiryo diberi gelar Raden Adipati Cokrojoyo.
Pelantikan ini di lakukan di tanah Bagelen oleh komisaris Belanda untuk tanah-tanah Mancanegara bagian barat, yaitu Van Sevenhoven dan diambil sumpahnya oleh Kyai Haji Akhmad Badaruddin (bekas penasehat Pangeran Diponegoro) yang turut dalam perundingan di Magelang, dan kemudian diangkat sebagai penghulu landraad untuk Kadipaten Bagelen.
Dalam perjalanan sejarah kabupaten Purworejo tidak dapat lepas dari peranan Adipati Cokrojoyo atau yang setelah menjabat bupati bergelar RAA Cokronagoro I. Beliau merupakan bupati Purworejo I yang telah banyak berjasa dalam perkembangan pembangunan di kabupaten Purworejo. Banyak sekali hasil pembangunan fisik yang masih dapat dinikmati oleh warga Purworejo hingga saat ini, bahkan kemudian juga menjadi aset wisata terutama wisata religius. Diantaranya adalah Bedhug Pendhowo yang merupakan bedhug terbesar di dunia dengan bonggol kayu jati utuh dan Masjid Darul Mutaqqin.
0 comments:
Posting Komentar
"Silahkan berkomentar kawan,,, karena komentar anda sangat berarti pada blog ini, semoga bermanfaat, terima kasih ~,~"