Sebelum kita membahas tentang terorisme menurut
pandangan agama Islam, terlebih dahulu marilah kita pahami tentang
pengertian terorisme.Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, artinya :
Terorisme : Adalah Penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan, dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik).
Teroris : Adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut (biasanya untuk tujuan politik).
Teror : Adalah perbuatan sewenang-wenang, kejam, bengis, dalam usaha menciptakan ketakutan, kengerian oleh seseorang atau golongan.
Selanjutnya
mari kita cermati dan kita tela’ah kembali ajaran Islam, agama yang
diridlai Allah SWT, sebagai petunjuk bagi manusia dalam mencapai
kebahagiaan hidupnya di dunia yang sedang kita jalani sekarang ini,
maupun kebahagiaan hidup yang haqiqi di akhirat kelak.
Allah SWT
mengutus nabi Muhammad SAW dengan membawa agama Islam di tengah-tengah
manusia ini sebagai rahmat, dan merupakan suatu kenikmatan yang besar
bagi manusia bukan suatu mushibah yang membawa malapetaka. Allah SWT
berfirman :
Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. [QS. Al-Anbiyaa' : 107]
Dan
Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya,
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui. [QS. Saba' : 28]
Sesungguhnya
telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan.
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridlaan-Nya ke jalan keselamatan dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap-gulita kepada cahaya yang
terang benderang dengan seidzin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang
lurus. [QS. Al-Maaidah : 15-16]
Sungguh
Allah telah memberi kenikmatan kepada orang-orang mukmin ketika Allah
mengutus di kalangan mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri,
yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah membersihkan (jiwa)
mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan
sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam
kesesatan yang nyata. [QS. Ali Imran : 164]
Dari ayat-ayat
tersebut dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lain, menerangkan bahwa
Nabi Muhammad SAW dan Islam yang diserukannya, benar-benar membawa
rahmat di alam semesta ini, dan mengeluarkan manusia dari gelap-gulita
(tanpa mengetahui tujuan hidup), ke alam yang terang-benderang,
sehingga mengetahui jalan yang lurus yang membebaskan dirinya dari
kesesatan menuju jalan yang menyelamatkan hidupnya di dunia dan di
akhirat kelak.
Bahkan sebelum Nabi menyerukan Islam, manusia
selalu dalam kekacauan dan permusuhan, sebagaimana peringatan Allah
dalam surat Ali Imran : 103
Dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu (masa
jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara … [QS. Ali Imran 103]
Oleh
karena itu seharusnyalah manusia bersyukur kepada Allah atas diutusnya
Nabi Muhammad SAW membawa dinul Islam ini. Karena hanya dengan
Islamlah manusia di dunia ini dapat hidup rukun, damai dan saling
menebarkan kasih sayang. Dengan mengabaikan Islam, maka dunia akan
kacau-balau, terorisme timbul di mana-mana seperti sekarang ini.
Agama
Islam yang suci ini dibawa oleh Rasulullah yang mempunyai kepribadian
yang suci pula, serta memiliki akhlaqul karimah dan sifat-sifat yang
terpuji, sebagaimana dijelaskan oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits
Nabi, antara lain :
Maka
disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. [QS. Ali Imran : 159]
Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [QS. At-Taubah : 128]
Dalam
ayat tersebut dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki sifat
lemah-lembut serta hati beliau terasa amat berat atas penderitaan yang
menimpa pada manusia, maka beliau berusaha keras untuk membebaskan dan
mengangkat penderitaan yang dirasakan oleh manusia tersebut.
Rasulullah SAW bersabda :
Dari
‘Aisyah istri Nabi SAW, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Hai
‘Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Kasih Sayang dan senang kepada
kasih sayang, dan Dia memberi (kebaikan) pada kasih sayang itu apa-apa
yang Dia tidak berikan kepada kekerasan, dan tidak pula Dia berikan
kepada apapun selainnya”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2003
Kejahatan
dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran Islam. Dan
orang yang paling baik Islamnya ialah yang paling baik akhlaqnya. [HR. Ahmad juz 7, hal. 410, no. 20874]
Dan
apabila Allah mencintai kepada seorang hamba, Allah memberinya kasih
sayang (kelemah-lembutan). Dan tidaklah suatu keluarga yang terhalang
dari kasih sayang, melainkan mereka terhalang pula dari kebaikan. [HR. Thabrani dalam Al-Kabiir juz 2, hal. 306, no. 2274]
Dalam
suatu riwayat dijelaskan bahwa ada seorang ‘Arab gunung kencing di
masjid, lalu orang-orang marah, dan akan memukul sebagai hukuman.
Kemudian melihat kemarahan para shahabat tersebut, beliau bersabda :
Biarkanlah
dia, dan siramlah pada bekas kencingnya itu seember atau setimba air,
karena sesungguhnya kamu sekalian diutus untuk memberi kemudahan bukan
diutus untuk membuat kesukaran/kesusahan. [HR. Bukhari juz 1, hal. 61]
Dalam sabdanya yang lain :
Dari
Anas, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Permudahlah dan jangan
mempersulit. Dan gembirakanlah dan jangan kalian membuat manusia lari”. [HR. Bukhari, juz 1, hal. 25 ]
Setelah
kita cermati kembali tentang dinul Islam sekaligus peribadi Rasulullah
SAW yang diamanati oleh Allah SWT untuk menyebarkan dinul Islam ke
seluruh ummat manusia, maka jelas sekali bahwa terorisme sama sekali
tidak dikenal, bahkan bertolak belakang dengan ajaran Islam.
Terorisme
dengan menggunakan kekerasan, kekejaman serta kebengisan dan cara-cara
lain untuk menimbulkan rasa takut dan ngeri pada manusia untuk
mencapai tujuan.
Sedangkan Islam dengan lemah-lembut, santun,
membawa khabar gembira tidak menjadikan manusia takut dan lari, serta
membawa kepada kemudahan, tidak menimbulkan kesusahan, dan tidak ada
paksaan.
Bahkan dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa dalam peperangan pun Nabi SAW berpesan kepada para shahabat, sabda beliau :
Hai
manusia, janganlah kamu menginginkan bertemu dengan musuh, dan
mohonlah kepada Allah agar kalian terlepas dari marabahaya. Apabila
kalian bertemu dengan musuh, maka bershabarlah dalam menghadapi mereka,
dan ketahuilah bahwasanya surga itu dibawah bayangan pedang”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1372
Pesan
Nabi SAW tersebut menunjukkan betapa kasih sayang beliau terhadap jiwa
manusia, sekalipun dalam peperangan sedapat mungkin menghindari
bertemu musuh agar tidak terjadi marabahaya. Namun kalau terpaksa
bertemu dengan musuh, jangan takut dan jangan dihadapi dengan hawa
nafsu yang melampaui batas, tetapi hendaklah dihadapi dengan shabar dan
tabah, karena surga di bawah bayangan pedang.
Memang kedua hal
tersebut mempunyai tujuan yang berbeda. Terorisme biasanya digunakan
untuk tujuan politik, kekuasaan, sedangkan Islam bertujuan untuk
menuntun manusia dalam mencapai kebahagiaan hidupnya dengan dilandasi
rasa kasih sayang hanya semata-mata mengharap ridla Allah SWT.
Oleh
karena itu rasanya tidak berlebihan kalau ada orang yang mengatakan
bahwa "politik itu kotor", karena dalam mencapai tujuannya dengan
menghalalkan segala cara, sekalipun dengan terorisme. Dengan demikian
bagi seorang muslim haram hukumnya mendukung, mengikuti alur politik
yang menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan politiknya.
Yang
demikian itu bukan berarti orang Islam tidak boleh berpolitik, tidak
boleh meraih kekuasaan. Boleh berpolitik, tetapi tidak boleh keluar
dari bingkai Islam, dengan tujuan untuk kejayaan Islam dengan mengharap
ridla Allah semata-mata.
Dalam mencapai kesuksesan cita-cita
harokahnya, Rasulullah melalui cara-cara yang ditunjukkan oleh Allah
serta berusaha memenuhi persyaratan untuk memperoleh janji Allah,
karena janji Allah pasti tepat dan tidak perlu diragukan.
Rasulullah SAW membina kekuatan dari bawah, sebagaimana firman Allah :
Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke
langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan idzin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat-kalimat yang buruk
seperti pohon yang buruk yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. [QS. Ibrahim : 24-26]
Rasulullah membina dasar tauhid pada ummat manusia +
10 tahun di Makkah dengan penuh tantangan, tindak kekejaman dan
terorisme dilakukan oleh orang-orang musyrikin dan kafirin Makkah
terhadap Nabi dan para pengikutnya.
Namun teror-teror yang
dilakukan oleh mereka tidak menjadikan kaum muslimin takut, malah makin
bertambah kuat dan mendorong lebih dekat dan berserah diri (tawakkal)
kepada Allah SWT.
Dalam suatu peristiwa, orang kafir melakukan teror dengan ucapan :
Sesungguhnya
manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu
takutlah kepada mereka. Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan
mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah
adalah sebaik-baik pelindung”. [QS. Ali Imran : 173]
Itulah buah tauhid yang kuat, bagaikan pohon yang baik, tidak akan tumbang walaupun dihempas badai topan yang dahsyat.
Untuk
menumbuhkan pohon-pohon yang baik seperti itu perlu menanam dan
memelihara dengan sungguh-sungguh, bekerja keras dan ikhlash,
semata-mata karena Allah, tidak mudah tergiur dengan tipudaya dunia yang
dapat membelokkan cita-cita yang mulia.
Oleh karena itu ketika
Rasulullah mendapat tawaran materi, bahkan akan diangkat menjadi raja
(penguasa) di negeri itu asalkan beliau mau berhenti dari dakwahnya,
dengan tegas beliau menjawab, “Andaikata kamu dapat menaruh bulan
dan matahari di kedua tanganku, aku tidak akan berhenti berdakwah,
sehingga agama Allah ini menjadi terang (menjadi kehidupan manusia)
atau aku mati karena membelanya”.
Dengan kuat beliau menanamkan kepada ummatnya akan janji Allah.
Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan
mengerjakan amal-amal shaleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridlai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar
akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan,
menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq. [QS. An-Nuur : 55]
Penekanan
pada akhir ayat tersebut perlu mendapat perhatian bagi kita semua,
terutama para politikus muslim, “Barangsiapa tetap kafir sesudh janji
itu”, maksudnya : Dengan memilih cara lain dalam mencapai tujuannya dan
meninggalkan jalan yang dijanjikan oleh Allah, yakni dengan
memperkokoh iman serta memperbanyak amal shaleh, maka mereka itulah
orang-orang yang fasiq.
Dan Allah tidak menunjuki orang-orang yang fasiq. [QS. At-Taubah : 24]
Kaum
politisi yang ada sekarang sekalipun muslim, pada umumnya tidak
mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dan praktek yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW. Mereka berjuang hanya untuk memperoleh kursi
(kedudukan).
Maka tidak ada kegiatan dakwah untuk membina ummat
secara serius agar mempunyai landasan dasar tauhid yang kuat seperti
pohon yang baik sebagaimana yang digambarkan oleh Allah SWT.
Da’i
kaum politisi aktif berdakwah menyelenggarakan pengajian-pengajian dan
kegiatan-kegiatan keagamaan hanya ketika menjelang Pemilihan Umum
(Pemilu) untuk meraih simpati dari masyarakat, dan setelah selesai
Pemilu selesai pulalah kegiatan-kegiatan tersebut. Sudah tidak lagi ada
pengajian-pengajian, aktifitas-aktifitas sebagaimana sebelum
terselenggaranya Pemilu.
Maka hasilnya seperti pohon yang jelek,
akarnya rapuh, tidak memiliki daya tahan. Jangankan dengan hempasan
badai topan yang besar, dengan angin sepoi-sepoi saja cukup dapat
menumbangkan pohon tersebut, dan terangkat seakar-akarnya sehingga
tidak lagi dapat tegak berdiri. Keadaan yang demikian itu, maka tidak
perlu tawaran kursi raja sebagaimana yang ditawarkan kepada Nabi,
melainkan dengan kursi RT pun sudah cukup dapat merontokkan tujuan
dakwah yang sangat mulia.
Dengan alasan kesibukan tugasnya
sebagai RT sudah tidak ada waktu lagi (tidak ada tempat) untuk membina
ummat, berdakwah, menyelenggarakan pengajian dan kegiatan-kegiatan
keagamaan yang lain guna memperbaiki aqidah dan pengamalan agamanya
dalam kehidupan sehari-hari,
(Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian)
Kalau
demikian keadaannya, apa yang kita harapkan dari kaum politisi untuk
Islam ini ? Politikus Islam pun kadang lepas dari kendali agama, dengan
entengnya menghina, merendahkan, bahkan memfitnah untuk menjatuhkan
sesama muslim, hanya karena berbeda aspirasi politiknya, bahkan sampai
menghalalkan darahnya.
Keadaan yang demikian, akibatnya ukhuwah
Islamiyah rusak, timbul saling dengki-mendengki, benci-membenci
sehingga ummat Islam menjadi lumpuh tidak berdaya, sekalipun jumlahnya
besar. Padahal Allah SWT telah memperingatkan :
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum (golongan)
memperolok-olok kaum (golongan) yang lain (karena) boleh jadi mereka
(yang diperolok-olok) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olok). [QS. Al-Hujuraat : 11]
Nabi
SAW telah memperingatkan juga bahwa sesama muslim adalah saudara dan
haram darahnya, haram kehormatannya dan haram hartanya. Namun itu semua
tidak diindahkan.
Memperhatikan praktek-praktek yang ada,
rasanya tidak tampak partai yang memperjuangkan Islam di negeri ini,
bahkan terjebak dalam pertikaian, terorisme, saling menjatuhkan untuk
mencapai tujuan, baik partai yang beridentitas Islam maupun yang tidak
beridentitas Islam, hampir tidak ada bedanya.
Oleh karena itu
melalui kesempatan ini semoga dapat menjadi jembatan, menyadarkan para
politikus muslim, hendaklah mempererat persaudaraan sesama muslim,
walaupun berbeda partai, tetapi tetap membawa misi yang sama :
(kejayaan Islam dan muslimin)
dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk Allah dan praktek Rasulullah dalam
menggalang ummat, serta menghindari terorisme dalam mencapai tujuan.
Dengan
demikian, jelas dan teranglah bahwa Terorisme dalam pandangan agama
Islam tidak dibenarkan, dan jauh dari tuntunan Islam. Semoga
bermanfaat.
sumber:http://www.eryevolutions.co.cc/2011/04/terorisme-dalam-pandangan-islam.html
0 comments:
Posting Komentar
"Silahkan berkomentar kawan,,, karena komentar anda sangat berarti pada blog ini, semoga bermanfaat, terima kasih ~,~"