eNHa Farm berdiskusi dengan seorang kerabat tentang pengobatan alternatif dan terapi lintah.
Sungguh satu diskusi yang menarik. Kerabat eNHa mengemukakan ketakutan dan phobianya terhadap lintah setelah membaca e-mail forward dari rekan kerjanya. eNHa merasa ini suatu tantangan yang baru, diantara semakin meningkatnya minat masyarakat untuk melakukan pengobatan alternatif dengan terapi lintah, ternyata masih banyak pula masyarakat yang phobia, entah karena ketidaktahuan, informasi yang kurang jelas bahkan rasa geli dan jijik terhadap mahluk Tuhan yang sebenarnya memiliki banyak manfaat bagi kita, Lintah!
Disela-sela diskusi terapi lintah, kerabat eNHa sempat menunjukkan e-mail tersebut. Ini dia e-mailnya :
Berikut beberapa catatan eNHa atas kebohongan e-mail cerita diatas :
? Dokter melakukan rontgen ternyata di usus anak tersebut telah berkembang biak lintah dengan anaknya yang kecil-kecil
Komentar eNHa : secara medik rontgen untuk mendeteksi sesuatu, tapi rontgen tidak dapat melihat benda/mahluk bergerak secara langsung
? Lintah tidak mati walau dimasak dan hanya mati jika dibakar
Komentar eNHa : Tubuh lintah sebagian besar terdiri dari cairan yang akan bereaksi terhadap polutan. Lintah mudah sekali mati dengan garam / tembakau / alkohol. Sehingga jika dimasak dengan garam-pun, otomatis lintah akan mati. Sebelum masuk ke usus, makanan berisi lintah pasti melewati lambung yg memiliki zat keasaman tinggi. Pada fase ini lintah dipastikan akan mati.
? Dalam usus lintah berkembang biak cepat hanya dalam 1 – 2 hari
Komentar eNHa : Lintah memang hewan hermafrodit, tetapi tetap butuh lintah lain untuk berkembang biak atau tidak dapat membelah diri sendiri layaknya amuba. Lintahpun berkembang biak hanya setelah masa dewasa sekitar usia 6 bulanan dan sebelum itu harus mengerami telur-telurnya yg berbentuk kokon. Jadi sangat tidak mungkin berkembang hanya dalam 1 – 2 hari, walaupun dia hidup di tempat yang banyak darah.
So, dapat disimpulkan e-mail diatas hanyalah kebohongan belaka yang disampaikan untuk menakut-nakuti dan membodohi masyarakat yang memang belum banyak tahu tentang lintah dan cara berkembangbiaknya. Dari beberapa referensi yang eNHa bacapun diantaranya http://jalansutera.com/2007/03/28/hoax-kangkung-itu , ternyata diyakini e-mail ini hanyalah hoax/berita bohong belaka.
Jadi, apakah anda rela tidak lagi menikmati lezatnya tumis kangkung hanya karena e-mail hoax seperti diatas? Semua kembali pada anda.
sumber:http://lintahindonesia.com/serba-serbi-lintah/lintah-dalam-kangkung-yang-mematikan/
Lintah hidup dalam kangkung? Lintah yang beranak-pinak cepat di perut? Lintah yang mematikan? Hiii mengerikan! Tiga pertanyaan tadi mengemuka saat Sungguh satu diskusi yang menarik. Kerabat eNHa mengemukakan ketakutan dan phobianya terhadap lintah setelah membaca e-mail forward dari rekan kerjanya. eNHa merasa ini suatu tantangan yang baru, diantara semakin meningkatnya minat masyarakat untuk melakukan pengobatan alternatif dengan terapi lintah, ternyata masih banyak pula masyarakat yang phobia, entah karena ketidaktahuan, informasi yang kurang jelas bahkan rasa geli dan jijik terhadap mahluk Tuhan yang sebenarnya memiliki banyak manfaat bagi kita, Lintah!
Disela-sela diskusi terapi lintah, kerabat eNHa sempat menunjukkan e-mail tersebut. Ini dia e-mailnya :
Jika Anda penggemar kangkung, baik itu ca kangkung, petis kangkung, kangkung cos, dll yang berkaitan dengan kangkung, mungkin cerita ini dapat menjadi pertimbangan bagi Anda pada saat akan mengkonsumsi kangkung. Saya mendapat cerita ini dari seorang teman, tapi Saya lupa tempat persisnya di negara mana, yang jelas antara Singapura / Malaysia .Wah kesannya meyakinkan sekali ya. Tapi bagi pembudidaya lintah seperti eNHa Farm tahu pasti bahwa cerita ini adalah bohong belaka. Kenapa eNHa begitu yakin?
Pada suatu hari di rumah sakit terkenal, semua dokter kebingungan hanya karena ada seorang anak kecil yang tampan menderita sakit perut. Anak itu dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya setelah 2 hari menderita diare. Sudah bermacam obat sakit perut yang diberikan kepada anak itu, namun diarenya tidak kunjung sembuh.
Di rumah sakit orang tua anak tersebut ditanya oleh dokter, makanan apa saja yang sudah dimakan oleh anak tersebut selama 2 hari ini. Orang tua anak itu kebingungan, karena sejak anaknya diare otomatis anak tersebut tidak mau makan, dia hanya minum susu, itu pun langsung dikeluarkan lagi. Setelah usut punya usut, ternyata sebelum menderita diare, malamnya anak tersebut baru saja diajak makan kangkung cos di restoran oleh orang tuanya.
Dokter segera melakukan rontgen, ternyata di usus anak tersebut telah berkembang biak lintah dengan anaknya yang kecil-kecil. Dokter angkat tangan dan menyatakan tidak sanggup mengambil tindakan medis apapun. Akhirnya anak kecil tampan yang malang itupun meninggal dunia.
Usut punya usut, ternyata lintah itu sebelumnya bersemayam di dalam batang kangkung yang besar. Memang, untuk penggemar kangkung cos yang paling enak adalah batangnya, apa lagi jika dimasak oleh seorang ahli, maka kangkung cos rasanya akan menjadi renyah. Lintah yang berada di dalam batang kangkung itu tidak akan mati walau dimasak selama apapun, apa lagi untuk kangkung cos proses memasak tidak terlalu lama untuk menghasilkan rasa kangkung yang enak. Lintah hanya akan mati jika dibakar.
Di dalam usus anak tadi, lintah yang tadinya hanya 1 dalam 2 hari berkembang biak dengan cepatnya karena terus menerus menghisap darah yang ada, otomatis dokter juga kebingungan, bagaimana mematikan/membersihkan lintah yang telah sangat banyak tersebut dari dalam usus anak malang itu.
Jujur, sejak mendengar cerita itu, kesukaan saya akan kangkung menjadi berkurang, boleh dibilang sudah 1 bulan ini saya sama sekali tidak mengkonsumsi kangkung dalam bentuk apa pun, bukan karena menjadi paranoid, tapi bagi saya lebih baik menjaga segala kemungkinan yang ada, toh tidak hanya kangkung yang dapat kita konsumsi, masih banyak sayur lain yang dapat kita makan dengan meminimalisir segala kemungkinan “lintah” yang terselip di dalamnya.
Semoga cerita ini dapat menjadi pertimbangan untuk kita semua pada saat ingin mengkonsumsi kangkung.
Berikut beberapa catatan eNHa atas kebohongan e-mail cerita diatas :
? Dokter melakukan rontgen ternyata di usus anak tersebut telah berkembang biak lintah dengan anaknya yang kecil-kecil
Komentar eNHa : secara medik rontgen untuk mendeteksi sesuatu, tapi rontgen tidak dapat melihat benda/mahluk bergerak secara langsung
? Lintah tidak mati walau dimasak dan hanya mati jika dibakar
Komentar eNHa : Tubuh lintah sebagian besar terdiri dari cairan yang akan bereaksi terhadap polutan. Lintah mudah sekali mati dengan garam / tembakau / alkohol. Sehingga jika dimasak dengan garam-pun, otomatis lintah akan mati. Sebelum masuk ke usus, makanan berisi lintah pasti melewati lambung yg memiliki zat keasaman tinggi. Pada fase ini lintah dipastikan akan mati.
? Dalam usus lintah berkembang biak cepat hanya dalam 1 – 2 hari
Komentar eNHa : Lintah memang hewan hermafrodit, tetapi tetap butuh lintah lain untuk berkembang biak atau tidak dapat membelah diri sendiri layaknya amuba. Lintahpun berkembang biak hanya setelah masa dewasa sekitar usia 6 bulanan dan sebelum itu harus mengerami telur-telurnya yg berbentuk kokon. Jadi sangat tidak mungkin berkembang hanya dalam 1 – 2 hari, walaupun dia hidup di tempat yang banyak darah.
So, dapat disimpulkan e-mail diatas hanyalah kebohongan belaka yang disampaikan untuk menakut-nakuti dan membodohi masyarakat yang memang belum banyak tahu tentang lintah dan cara berkembangbiaknya. Dari beberapa referensi yang eNHa bacapun diantaranya http://jalansutera.com/2007/03/28/hoax-kangkung-itu , ternyata diyakini e-mail ini hanyalah hoax/berita bohong belaka.
Jadi, apakah anda rela tidak lagi menikmati lezatnya tumis kangkung hanya karena e-mail hoax seperti diatas? Semua kembali pada anda.
sumber:http://lintahindonesia.com/serba-serbi-lintah/lintah-dalam-kangkung-yang-mematikan/
0 comments:
Posting Komentar
"Silahkan berkomentar kawan,,, karena komentar anda sangat berarti pada blog ini, semoga bermanfaat, terima kasih ~,~"